PKI Sudah Mati, Tidak Relevan Sita Buku "kiri"
Oleh : Mas'udi
PROBOLINGGO – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Probolinggo sangat menyayangkan tindakan penyitaan buku oleh aparat terhadap dua mahasiswa pegiat literasi Muntasir Billah (24) dan Saiful Anwar (25) karena membawa buku kiri berbau komunis pada hari Sabtu (27/07/2019) di Alun-alun Kraksaan kemarin.
Diketahui ada empat jenis buku yang disita, masing-masing buku Dua Wajah Dipa Nusantara, Menempuh Djalan Rakjat, D.N AIDIT Sebuah Biografi Ringkas dan buku Sukarno, Marxisme dan Leninisme.
Bagi GMNI penyitaan buku tersebut telah menodai demokrasi negara kita dimana saat ini kita bukan berada di jaman orde baru (orba) yang suasananya begitu memprihatinkan. Harusnya era reformasi ini memberikan kebebasan pada warga negara untuk mempelajari sejarah pahlawan dan sejarah bangsanya sendiri.
Kalau kemudian dikatakan ada kekhawatiran PKI akan bangkit, secara aturan masih dilarang. Ketetapan MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia belum dicabut.
Padahal , Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mempersilakan para mahasiswa dan civitas akademika yang ingin melakukan kajian mengenai paham Marxisme. Nah, bagaimana mau mengkaji membaca dan memiliki saja sudah diamankan.
Bagi kami tindakan aparat tidak seharusnya dilakukan, karena mereka tidak menyebarkan paham komunisme. Aparat tak lagi dibolehkan sweeping terhadap kajian-kajian yang dilakukan oleh mahasiswa.
Sejak keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi pada 2010 yang mencabut Undang-Undang Nomor 4/PNPS/1963 tentang Pengamanan terhadap Barang-Barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum. Ketika itu, MK memutuskan pelarangan buku haruslah lewat proses peradilan. Prosesnya ada yang melaporkan dan itu harus disertai pembuktian yang kuat.
Disisi lain, kami sangat tersinggung dengan disitanya buku the founding father, Sukarno, Marxisme dan Leninisme karena buku itu tidak ada sangkut pautnya dengan komunisme. GMNI sebagai organisasi mahasiswa yang berazaskan Marhaenisme ajaran Sukarno telah puluhan tahun mempelari buku-buku kiri tapi tidak menganut ajaran tersebut karena Komunisme telah pergi jauh dari bumi pertiwi ini sejak kejadian 1965.
Kami berharap kejadian konyol seperti kemarin tidak terulang lagi, karena sejatinya buku adalah pintu semua ilmu pengetahuan untuk tetap dipelajari dan dengan buku maka generasi bangsa akan lebih baik dari era kemarin.Penulis berkata, “yah, semoga nanti tidak terulang lagi,”.
Himbauan penulis, tetap gelorakan membaca dimanapun kita berada. Tetap tegakkanlah ilmu pemgetahuan dimuka bumi. Dimana kita berpijak disitulah kita belajar. (Mas/Den)
Merdeka !!!
Berita Bola dan Prediksi Bola
BalasHapus