Kamis, 28 Mei 2020

Siapkah Indonesia Menuju New Normal?

Siapkah Indonesia Menuju New Normal? 

Oleh : Muhammad Alwan Misbachudin (Sekretaris DPC GMNI Probolinggo)

Siapkah Indonesia Menuju New Normal?


Permasalahan Covid-19 bukan saja menjadi persoalan nasional saja, melainkan sudah menjadi persoalan international. Banyaknya masyarakat baik di Indonesia ataupun dunia ini mulai mengalami kecemasan menanti jawaban sampai kapan covid19 ini bisa terselesaikan.

Banyaknya korban positif Covid-19 setiap harinya mengalami peningkatan yang cukup signifikan, segala upaya haruslah segera dilakukan oleh pemerintah baik jajaran pemerintah pusat sampai pemerintahan Kota/Kabupaten mengingat perlunya koordinasi yang sangat baik bagi penyelenggaraan percepatan penanganan Covid-19 ini.

Segala bentuk kebijakan sudah mulai dikeluarkan oleh pemerintah dalam upayanya untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di Indonesia. 
Belum lama ini kita mendengar suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk beberapa daerah yang mengalami tingkat pertumbuhan pasien positive Covid-19 yang cukup tinggi yaitu diberlakukannya PSBB dalam hal ini (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa kota dan Provinsi di Indonesia. 

Dengan diberlakukannya PSBB ini diharapkan suatu daerah dapat menurunkan tingkat penyebaran Covid-19 dengan cepat melalui beberapa protokol kesehatan yang tertera di PSBB dengan cara membatasi kegiatan sosial bersekala besar, Work From Home, dan diberlakukannya Sosial distancing serta Pyshical distancing yang ketat di beberapa daerah di Indonesia, namun diberlakukannya PSBB itu tersendiri haruslah diimbangi dengan beberapa aspek sosial masyarakat dan kebijakan stimulus ekonomi guna menunjang keberhasilan ini. 

Namun dengan diberlakukannya PSBB juga berdampak besar bagi kehidupan masyarakat dan keberlangsungan perekonomian di era pandemi seperti saat ini. Suatu stimulus kesehatan baru dikeluarkan oleh pemerintah guna menjawab permasalahan mengenai penanganan Covid19, hal ini terbukti dengan masih banyaknya warga yang memadati sejumlah tempat keramaian seperti tempat perbelanjaan hingga tempat-tempat berukumpulnya orang banyak meski wabah Covid 19 ini belum menunjukkan tanda-tanda berakhirnya. 

Disisi lain, pemerintah mulai menggaungkan skenario New Normal Baru. Masyarakat diharapkan mampu beradaptasi dalam situasi pandemi dengan cara menjadikan perilaku hidup bersih sebagai kebiasaan sesuai dengan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.


Istilah New Normal ini mengacu pada perubahan perilaku manusia setelah wabah Virus Covid19 dengan menerapkan sitem protokoler kesehatan pandemi Covid-19. Sementara itu dunia bisnis dan ekonomi, New Normal Baru sebenarnya mengacu pada kondisi keuangan setelah krisis keuangan pada tahun 2007-2008, resesi gobal 2008-2012 dan kini pada saat wabah pandemi Covid19. 

New Normal baru merupakan suatu kebijakan untuk membuka kembali aktivitas perekonomian, sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan yang sebelumnya tidak ada sebelum pandemi ini, new normal diharapkan sebagai bentuk upaya menyelamatkan hidup warga serta menjaga agar negara tetap bisa berdaya dalam menjalankan fungsi normal. 

Selain itu new normal merupakan sebuah tahapan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah setelah dikeluarkannya kebijakan Stay At Home, Work From Home atau pembatasan sosial bersekala besar yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 secara massif, New Normal Utamanya agar warga yang memerlukan aktivitas diluar rumah dapat bekerja kembali dengan menggunakan standar Protokoler kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang perlu dipahami dalam New Normal ini pemerintah sedikit membebaskan warganya secara penuh melainkan dalam pengertian masih dalam batasan sosial distancing dan psyhical distancing. 

New Normal merupakan suatu trobosan kebijakan baru yang ditempuh oleh pemerintah dalam hal ini karena tidak mungkin warga harus terus menerus terdiam dan bersembunyi di rumah tanpa adanya kepastian sampai kapan wabah ini dapat terselesaikan secara penuh, kebijakan new normal ini diharapkan juga dapat menurunkan tingkat pemutusan kerja masal secara sepihak oleh perusahaan serta dengan adanya new normal ini juga diharapkan mampu untuk membangkitkan kembali perekonomian yang sudah lama terpuruk dengan cara membuka kembali secara perlahan perekonomian mulai dari tempat pariwisata, mall serta kegiatan pendidikan, hal ini telah tertuang dalam beberapa fase New Normal yang akan diterapkan pada bulan Juni hingga Juli 2020 nanti. 

“Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini, itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru.” 

Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia
Dalam pernyataan resminya di Istana Merdeka, Jakarta, 15 Mei 2020 

Namun jika menengok langsung ke lapangan sebagai syarat yang ditetapkan oleh WHO dapat diterapkannya kebijakan new normal ialah tingkat pertambahan pasien positive Covid-19 di setiap Provinsi Kota/Kabupaten haruslah mengalami penurunan serta terdapatnya tingkat pelayanan kesehatan haruslah tercover lebih baik serta haruslah mengacu pada faktor epidemilogi.

Penerapan new normal di Indonesia, menurut Epidemilogi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan New Normal Life adalah bagian dari strategi yang diterapkan oleh pemerintah sebelum vaksin atau obat covid19 ditemukan. 

Namun kebijakan New Normal life dinilai terlalu memaksakan jika kita melihat jumlah pertambahan pasien positive corona setiap harinya. Untuk data terbaru jumlah coivd19 pertanggal 27 Mei 2020 masih sejumlah 23.851 pasien Positive, 6.057 Sembuh, 1473 orang meninggal dunia. 

Namun siapkah kita melaksanakan New Normal ini jika perilaku populasi pertambahan pasien positive covid19 ini masih saja bertumbuh secara signifikan, masih banyaknya yang harus dipertimbangkan dalam memasuki new normal selain dari proses normalisasi prekonomian di era pandemi serta proses pembukaan kembali tempat pariwisata.

Namun ada hal yang harus dipertimbangkan juga bagaimana tahun ajaran baru “normal baru” bagi para siswa yang akan memasuki ajaran baru disekolah, Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah jika the new normal menerapkan kembalinya dibuka kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik dalam menyambut tahun ajaran baru.

Namun syarat buka sekolah standar Unicef Pra Pembukaan dan proses pembukaan ini juga yang harus benar-benar diperhatikan bagaimana sistem yang akan diambil oleh pemerintah guna menormalisasi kembali sistem pendidikan, jika melihat syarat buka sekolah standar unicef pada pase pra pembukaan ini haruslah dimulai dari daerah dengan risiko paling rendah, penegakan social distancing dan protokol kesehatan serta menyusun kebutuhan akan pendanaan kemudian jika melihat dari proses pembukaan ini dalam hal meningkatkan komunikasi dan koordinasi, peningkatan kualitas sanitasi yang ada disekolah serta memberikan keringanan biayan sekolah haruslah dipatuhi oleh sekolah tersebut guna mensukseskan new normal ajaran baru. Namun jika kita melihat secara kembali dilapangan kesiapan sekolah-sekolah di indonesia belum cukup dalam menyambut era new normal ini

Namun apakah anak lebih kuat dalam melawan covid19. Namun jika kita melihat di era pandemi seperti saat ini faktor psychologis anak-anak jika study from home masih tetap diterapkan akan menimbulkan dampak yang cukup besar juga bagi anak tersebut karena mereka akan kesulitan kembali untuk berinteraksi jika keadaan normal sudah dicapai. 

Kita hanya bisa berdoa dan yakin dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan kebijakan New Normal ini merupakan upaya mengembalikan kembali kehidupan masyarakat baik segi perekonomian,pendidikan dan pariwisata serta mengurangi dampak terhadap PHK Masal yang dilakukan oleh perusahaan secara sepihak dapat dikurangi serta diharapkan mampu juga untuk meningkatkan kembali taraf hidup masyarakat di era pandemi seperti saat ini. 

Jika new normal tidak diterapkan maka dampak sosial dan ekonomi tidak akan bisa dipertahankan kebangkrutan koorporasi selanjutnya ekonomi akan membawa efek domino kebangkrutan negara. (wan/den) 


Rabu, 20 Mei 2020

Jas Merah!!! Sejarah singkat Hari Kebangkitan Nasional

Jas Merah!!! Sejarah singkat Hari Kebangkitan Nasional

Oleh : Yasinta Rizki Permatasari (Ketua DPC GMNI Probolinggo)



Bagi bangsa Indonesia, perjuangan bangsa tidak melulu melalui kedahsyatan senjata saja, namun perjuangan dalam bentuk pergerakan moral untuk mewujudkan persatuan bangsa yang merupakan titik balik perlawanan melawan penjajah. 

Pergerakan kecil diibaratkan sebagai kehidupan yang tumbuh menjadi pohon kesadaran yang menyebarkan benih-benih baru dan telah mengilhami rasa kebersamaan maupun rasa memiliki diantara para pribumi dan priyayi terhadap bangsa Indonesia.

Salah satu pergerakan yang kemudian menjadi inspirasi bagi perkumpulan lain adalah keprihatinan sekelompok priyayi yang bersekolah di Sekolah Dokter Jawa terhadap dunia pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Hindia Belanda. Di mana sekolah tidak mendidik anak anak pribumi Indonesia supaya menjadi orang yang berderajat tinggi, tidak untuk memelihara citacita kemanusiaan, untuk menjadi manusia dan bangsa yang sejajar dengan manusia dan bangsa di dunia lainnya.

Melainkan sebaliknya, pendidikan hanya mendidik pribumi sebagai pelayan yang patuh dan setia, menjadi alat dan kaki tangan penjajah, yang dapat bekerja hanya untuk kepentingan majikan semata-mata. 

Berawal dari keprihatinan ini maka mereka (yang dari kalangan kaum muda kisaran berumur 18-20 tahunan) sepakat membuat gebrakan baru dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk perkumpulan BOEDI OETOMO di gedung STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen)- tempat Sekolah Dokter Jawa yang telah ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Kedokteran.

Berdirinya BOEDI OETOMO 20 Mei 1908 yang kemudian oleh pemerintah, kita peringati sebagai hari Kebangkitan Nasional disebut sebut sebagai ‘embrio’ dari sebuah organisasi modern yang menjiwai kebangkitan seluruh komponen bangsa untuk meneguhkan cita-cita bangsa Indonesia dari semangat juang dikalangan para pemuda saat itu. Hari Kebangkitan Nasional lahir dari semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Dalam perspektif sejarah, kehadiran BOEDI OETOMO bukan sekedar terbentuknya perkumpulan orang sekolahan saja tetapi bagaimana perkumpulan priyayi jawa sebagai kelompok intelektual pada masa itu berpikir bagaimana membangun Indonesia kedepannya, membangun kesadaran terhadap rasa nasionalisme, kesadaran terhadap kebangsaan yang harus dibangun supaya mereka sadar tentang rasa nasionalismenya.

Kebangkitan nasional harus dipahami dalam konteks zamannya sehingga makna yang tersirat dari ‘kebangkitan nasional’ harus memberi makna bagi kehidupan di zamannya, bahwa kebangkitan nasional di zaman sekarang harus dipahami sebagai momentum untuk melakukan berbagai macam perubahan untuk perbaikan kehidupan rakyat.

Indonesia harus menjadi sebuah negara kesejahteraan yang mendatangkan kemakmuran dan memberikan jaminan terbaik bagi rakyatnya. Momentum Kebangkitan Nasional menandai munculnya kesadaran kolektif di antara perbedaan komponen bangsa yang mewakili berbagai kelompok dengan berbagai latar belakang, baik etnis maupun profesi, agar terbentuk dalam pergerakan secara nasional untuk mewujudkan kemerdekaan.

Pergerakan ini menandakan agar terbentuk suatu perjuangan yang lebih progresif dengan munculnya diplomasi sebagai salah satu bentuk perjuangan di samping model konfrontasi yang telah lebih dahulu ada. 

Dengan begitu, kita peringati hari ini agar kita tidak lupa akan usaha sengaja dari kaum muda pada tahun 1908 yang berjuang merajut kepingan – kepingan ke-Indonesia-an menjadi satu kekuatan kebangkitan.


Nah, manakala sekarang ada masalah sudah sepatutnya kita generasi millennial membuka mata lebar-lebar bahwasanya masalah itu juga membangkitan kesadaran kita, bukan malah saling menyalahkan atau pun semakin menjatuhkan karena adanya perbedaan yag menjadikan nya masalah atau polemik tersebut. 

Oleh karena itu saran saya bagi kawan-kawan sebaya saya, “Sudah saatnya nilai rasa kebangsaan ini dirawat oleh kita para kaum millenials sebagai penerus NKRI nantinya, agar kita selalu siaga dalam perkembangan peradaban yang begitu pesat dalam menuntut kesiapan untuk melakukan penyelarasan, karena hal ini juga bisa menyusut ataupun tambah dan itu tergantung bagaimana kita merawat dan menjaganya.

Merdeka !!!

Jumat, 08 Mei 2020

Kurangi Beban Masyarakat, GMNI Probolinggo Berbagi Takjil



NUSADAILY.COM-PROBOLINGGO-Di tengah pandemi COVID-19 ini sejumlah masyarakat bergotong royong membagikan takjil untuk buka Ramadan. Langkah itu juga dilakukan Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Probolinggo.

Belasan kader tersebut, membagikan takjil berupa nasi dan kolak pada Jumat, 8 Mei 2020 sore. Sasarannya adalah tukang becak, Petani termasuk pemulung yang berada di jalan. 

Melalui sistem hunting atau medatangi sati persatu warga di kalan, 100 takjil dibagikan. Sontak, aksi ini mendapat apresiasi warga sekitar. 

Takjil tersebut dibagikan di areal sekretariat DPC GMNI Probolinggo Jalan Yos Sudarso Desa Pabean Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Setelah itu,bergeser ke sejumlah di Kota Probolinggo yakni Jalan Cokroaminoto, Jalan Mastrib dan Jalan Basuki Rachmad.

"Aksi ini merupakan kepedulian kawan-kawan DPC GMNI Probolinggo. Kami ingin berbagi ikut merasakan apa yang mereka rasakan pada bulan Ramadan di tengah pandemi COVID-19 ini,"ujar Ketua DPC GMNI Probolinggo Yasinta Rizki Permatasari.


Ia mengaku, takjil yang dibagikan merupakan hasil swadaya atau sukarela antar kader. Kendati diwajibkan stay at home, mereka tetap antisipasi menggunakan masker saat membagikan takjil.

"Sekali lagi apa yang kita lakukan semata-mata bentuk solidaritas kemanusiaan. Harapannya COVID-19 segera berakhir dan khususnya roda perekonomian kembali pulih,"tandasnya.

Salah satu warga Sudarsono mengaku, berterima kasih atas apa yang dilakukan DPC GMNI Probolinggo. "Terima kasih karena saat ini memang dibutuhkan, di tengah sepi penumpang ada kiriman takjil ini,"jelas pria berprofesi tukang becak ini.(yas/den)