Jumat, 11 Desember 2020

Kuatkan Kaderisasi, GMNI Probolinggo Kembali Gelar KTD




Probolinggo-DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Probolinggo kembali menggelar kaderisasi tingkat dasar (KTD). Melalui KTD oleh DPK gabungan itu, diharapkan bisa menciptakan kader yang potensial dalam menghadapi tantangan di tengah pandemi COVID-19. 

KTD tersebut, dilaksanakan di Aula Dekopinda, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Dilaksanakan dua hari, KTD dimulai sejak tanggal 12-13 Desember 2020.

Pelaksanaan KTD tersebut, bertemakan "Mencetak Kader Bangsa yang Berwawasan Nasionalis, Progresif dan Revolusioner" dengan tujuan menjawab tantangan ideologi Bangsa ke depan.

Dalam rangkaian acara dimulai dengan Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Menyanyikan Hymne dan Mars GMNI, Laporan Ketua Pantia, Sambutan Ketua DPC GMNI Probolinggo dan di buka oleh perwakilan Persatuan Alumni GMNI Probolingo yakni Muhammad Derajad.



Acara yang di konsep lesehan ini diikuti oleh 20 calon kader dari Universitas Panca Marga dan Universitas Nurul Jadid, dengan harapan selama mengikuti materi yang disampaikan nanti bisa dijadikan pelajaran untuk kedepannya.

Materi yang disampaikan meliputi Ke-organisasian yang diisi oleh Komisioner KPU Kota Probolinggo (Muhammad Derajad) Nasionalisme oleh (Bung Rahmad) Marhaenisme oleh (ketua DPC Sarinah Yasinta) Falsafah Pancasila (Eko Yudianto Yunus) Dosen FISIP UPM.

Selain itu, juga dilengkapi materi Empat Kutub Ideologi (DPD GMNI Jawa Timur Bung Mas'ud) Ke-Gmni an (Sarinah Riska) dan Islam Moderat oleh (Gus Fayyadl) salah satu pengurus pondok Nurul Jadid.

Menurut Ketua DPC GMNI Probolinggo Yasinta Rizki Permatasari, dalam wawancaranya mengatakan bahwa tantangan ideologi bangsa ke depan harus terus diantisipasi dengan penguatan penguatan ideologi kebangsaan yaitu nasionalisme beberapa ormas radikal yang selalu berevolusi harus kita jegal karena ideologi Pancasila sudah final tak bisa di rubah lagi

"Gerakan intoleransi yang menyusup pada organisasi menunjukkan meraka bukanlah seorang yang nasionalis. Persoalan inilah yang harus kita hadapi dan kita lawan", ujarnya.

Sementara itu, dalam sambutannya PA GMNI Probolinggo Muhammad Derajat meminta, kader-kader harus siap berjuang di tengah pandemi COVID-19. Peran kader sangat dibutuhkan untuk saat ini.

"Yang pertama saya ucapkan selamat bergabung di GMNI. Kalian diciptakan sebagai pemimpin, peran kalian dibutuhkan untuk menjawab tantangan di tengah pandemi COVID-19 ini,"kelas mantan Pengurus DPP GMNI ini.

Meski di tengah pandemi COVID-19, pelaksanaan KTD tetap menggunakan protokol kesehatan. (Yas/Den)

Minggu, 04 Oktober 2020

Kobaran Kepalsuan

Kobaran Kepalsuan



Kasus kebenaran dihilangkan
Wajah-wajah senang bertebaran di jalan
Penunggang hilang dipelukan uang
Tawa meledak dalam pameran kebakaran

Habis sudah, negeri belum benar merdeka
Dari tradisi korupsi semakin eksistensi
Perkosa negara alasan jual nama di istana
Yang tak ikutan tetap kena hasut juga

Kita terlena! sudah miskin kena copet pula
Hidup menang suara akan bakalan kaya
Dan yang jujur dibuat tak lagi mujur
Andalan dukun-dukun paling manjur

Kita yang muda tak bisa angkat bicara
Dikit-dikit pasal mengancam telinga
Tuhan, kami harus apa bila mereka sama?
Telat pajak didenda, tapi koruptor merajalela

Susah sudah, mereka tak bisa lagi dipercaya!

Sabtu, 26 September 2020

Gelar Rapimda, Kader GMNI se-Jatim Diminta Tingkatkan Konsolidasi

 

PROBOLINGGO-Pertama kalinya, Kota Probolinggo menjadi tuan rumah pelaksanaan Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jawa Timur. Rapimda yang dihadiri Sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GMNI M. Ageng Dendy Setiawan itu, meminta sejumlah kader rapatkan barisan di tengah pandemi COVID-19. 


Rapimda bertemakan "GMNI Jawa Timur di Era Normal" itu, digelar 2 hari pada 26-27 September 2020 di Hotel Tampiarto Kota Probolinggo. Selain dihadiri Sekjen DPP GMNI M. Ageng Dendy Setiawan, juga dihadiri Ketua DPD GMNI Jatim Nabrisi Rohid. 


Dalam sambutannya, Dendy yang akrab disapa Bung Dendy itu meminta sejumlah kader tetap mensolidkan gerakan. Pandemi COVID-19, tak menjadi halangan dalam melakukan gerakan dan roda-roda organisasi. 


"Rapimda sebagai bagian dari mekanisme organisasi, menjadi momentum bagi GMNI untuk merapatkan barisan. Pandemi COVID-19 tidak menjadi halangan dalam melakukan gerakan dan aksi nyata untuk kaum marhaen,"jelas Mantan Ketua DPD GMNI Jatim ini Sabtu, 26 September 2020. 


Pihaknya berharap, kader-kader GMNI tidak hanya di Jawa Timur, tapi seluruh Indonesia untuk meningkatkan aktifitas. Ia menilai, tantangan kedepan semakin berat terutama di tengah pandemi COVID-19. 


Sementara itu, Ketua DPD GMNI Jatim Nabrisi Rohid menegaskan, Rapimda merupakan mekanisme menjelang Konferda. Pelaksanaan Rapimda kali ini, dilaksanakan di Kota Probolinggo. 


"Rapimda dilaksanakan 1 tahun sekali, hanya saja pada tahun ini bertepatan dengan pandemi COVID-19. Tentu kita laksanakan sesuai protokol kesehatan agar sama-sama terhindar wabah COVID-19,"jelas pria asal Tuban ini. 


Pihaknya meminta sejumlah DPC memberikan usulan terkait persiapan menjelang Konferda. Sehingga usulan-usulan tersebut, menjadi bahan pertimbangan DPD GMNI Jatim dalam melakukan evaluasi.


Tak hanya berlangsung khidmat, Rapimda DPD GMNI Jatim di Kota Probolinggo sendiri dibanjiri ucapan selamat. Sejumlah karangan bunga diberikan berbagai ormas dan instansi diantaranya Bawaslu Kota dan Kabupaten Probolinggo, Pemuda Pancasila, GP Ansor, Jaringan Gusdurian termasuk sejumlah partai politik lainnya.(den)

Senin, 21 September 2020

AKU BUKAN MAHASISWA KUPU KUPU

                 

AKU BUKAN MAHASISWA KUPU KUPU



Ketika aku berada di kampus

Jiwaku seperti terbakar hangus

Diriku bertanya tanya apa langkah awal yang harus aku lakukan

Karena aku sadar menjadi mahasiswa kupu kupu itu bukan pendirian ku

Di tahun 1998 di masa orde baru dimana seorang mahasiswa yang tugasnya hanya kuliah saja.

Dilarang berfikir kritis tentang bangsa,

Demokrasi di bungkam tak berdaya,

Mahasiswa menghilang begitu saja karena berfikir kritis terhadap bangsa,

Tapi sekarang....!

Mahasiswa bebas berdemokrasi

Bebas berproses di organisasi dan berfikir kritis tentang polemik yg terjadi di negara ini,

Tapi..... al-hasil....!

Mahasiswa ogah ikut organisasi

Mahasiswa ogah berproses di organisasi

Dengan alasan...

"Saya mau fokus kuliah biar lulus cepat"

Ha.... Ha.... Ha .. lucu jadi mahasiswa kupu kupu

( Khoiri Afandy 21september2020)

 

 

Kamis, 27 Agustus 2020

Turun Jalan, GMNI, PMII dan IMM di Probolinggo Bagi-bagi Masker

Turun Jalan, GMNI, PMII dan IMM di Probolinggo Bagi-bagi Masker 



DPC GMNI PROBOLINGGO-Pandemi COVID-19 sampai saat ini belum terselesaikan. Meski perkembangan kasus tidak meningkat seperti 3 bulan pertama indonesia terjangkit virus. Hal itu menjadi problem terhadap kondusifitas aktifitas kehidupan sehari-hari. 


Berbagai anjuran terhadap seluruh masyarakat, khususnya Probolinggo, untuk mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Namun kurang disikapi secara penuh dan minim kesadaran menyikapi masalah tersebut. 


Maka dari itu DPC GMNI, PC IMM dan PC PMII Probolinggo yang tergabung dalam aliansi Pemuda Bermasker melakukan kegiatan berbagi masker kepada masyarakat Probolinggo sebagai upaya meningkatkan kesadaran terhadap masyarakat bahwa pentingnya mematuhi protokol kesehatan.


"Harapan kami dengan adanya kegiatan ini, dapat mengajak masyarakat untuk sadar menjaga kesehatan dan mencegah penularan virus corona,"Jelas Ketua umum PC PMII Probolinggo Sholehuddin, Kamis, 27 Agustus 2020 di Pasar Dringu, Jalan Raya Dringu Kabupaten Probolinggo. 



Koordinator aksi Zainur Ridho juga mengatakan, aksi bagi masker ini sebagai bentuk mengurangi dampak menularnya corona virus disease. Sehingga angka penularan bisa dicegah. 


"Harapannya ini menjadi momentum untuk selalu meningkatkan protokol kesehatan bagi masyarakat dalam melawan COVID-19,"ucapnya. 


Tambahnya , kegiatan pembagian masker ini juga dalam rangka mendukung kampanye “Gerakan Jatim Bermasker”. Program dari Polri tersebut sampai saat ini berjalan di beberapa kota dan kabupaten se-Jatim. 


"Aksi ini dengan tujuan meminimalisir penularan Covid-19 di wilayah kabupaten Probolinggo dg cara mengajak masyarakat untuk sadar bagaimana pentingnya bermasker di massa pandemi ini". Pungkas Fendik Sekretaris PC IMM Probolinggo.


Sementara itu, Ketua DPC GMNI Probolinggo Yasinta Riski Permatasari mengatakan, kegiatan pemuda bermasker ini merupakan kegiatan nyata sebagaimana janji seorang mahasiswa yang Mengabdi pada masyarakat. 


"Pandemi ini menjadi tantangan kita seorang mahasiswa untuk bertindak secara kongkrit dan cepat tanggap dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. Semoga kegiatan pemuda bermasker ini mampu menyadarkan masyarakat khususnya di Probolinggo,"tegas Yasinta. 


Namun para organisasi yang tergabung dalam Cipayung Plus ini mengaku kecewa. Sebab, yang semula melibatkan sejumlah aparat Polres Probolinggo menjadi batal. (Sin)

Kamis, 28 Mei 2020

Siapkah Indonesia Menuju New Normal?

Siapkah Indonesia Menuju New Normal? 

Oleh : Muhammad Alwan Misbachudin (Sekretaris DPC GMNI Probolinggo)

Siapkah Indonesia Menuju New Normal?


Permasalahan Covid-19 bukan saja menjadi persoalan nasional saja, melainkan sudah menjadi persoalan international. Banyaknya masyarakat baik di Indonesia ataupun dunia ini mulai mengalami kecemasan menanti jawaban sampai kapan covid19 ini bisa terselesaikan.

Banyaknya korban positif Covid-19 setiap harinya mengalami peningkatan yang cukup signifikan, segala upaya haruslah segera dilakukan oleh pemerintah baik jajaran pemerintah pusat sampai pemerintahan Kota/Kabupaten mengingat perlunya koordinasi yang sangat baik bagi penyelenggaraan percepatan penanganan Covid-19 ini.

Segala bentuk kebijakan sudah mulai dikeluarkan oleh pemerintah dalam upayanya untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di Indonesia. 
Belum lama ini kita mendengar suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk beberapa daerah yang mengalami tingkat pertumbuhan pasien positive Covid-19 yang cukup tinggi yaitu diberlakukannya PSBB dalam hal ini (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa kota dan Provinsi di Indonesia. 

Dengan diberlakukannya PSBB ini diharapkan suatu daerah dapat menurunkan tingkat penyebaran Covid-19 dengan cepat melalui beberapa protokol kesehatan yang tertera di PSBB dengan cara membatasi kegiatan sosial bersekala besar, Work From Home, dan diberlakukannya Sosial distancing serta Pyshical distancing yang ketat di beberapa daerah di Indonesia, namun diberlakukannya PSBB itu tersendiri haruslah diimbangi dengan beberapa aspek sosial masyarakat dan kebijakan stimulus ekonomi guna menunjang keberhasilan ini. 

Namun dengan diberlakukannya PSBB juga berdampak besar bagi kehidupan masyarakat dan keberlangsungan perekonomian di era pandemi seperti saat ini. Suatu stimulus kesehatan baru dikeluarkan oleh pemerintah guna menjawab permasalahan mengenai penanganan Covid19, hal ini terbukti dengan masih banyaknya warga yang memadati sejumlah tempat keramaian seperti tempat perbelanjaan hingga tempat-tempat berukumpulnya orang banyak meski wabah Covid 19 ini belum menunjukkan tanda-tanda berakhirnya. 

Disisi lain, pemerintah mulai menggaungkan skenario New Normal Baru. Masyarakat diharapkan mampu beradaptasi dalam situasi pandemi dengan cara menjadikan perilaku hidup bersih sebagai kebiasaan sesuai dengan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.


Istilah New Normal ini mengacu pada perubahan perilaku manusia setelah wabah Virus Covid19 dengan menerapkan sitem protokoler kesehatan pandemi Covid-19. Sementara itu dunia bisnis dan ekonomi, New Normal Baru sebenarnya mengacu pada kondisi keuangan setelah krisis keuangan pada tahun 2007-2008, resesi gobal 2008-2012 dan kini pada saat wabah pandemi Covid19. 

New Normal baru merupakan suatu kebijakan untuk membuka kembali aktivitas perekonomian, sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan yang sebelumnya tidak ada sebelum pandemi ini, new normal diharapkan sebagai bentuk upaya menyelamatkan hidup warga serta menjaga agar negara tetap bisa berdaya dalam menjalankan fungsi normal. 

Selain itu new normal merupakan sebuah tahapan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah setelah dikeluarkannya kebijakan Stay At Home, Work From Home atau pembatasan sosial bersekala besar yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 secara massif, New Normal Utamanya agar warga yang memerlukan aktivitas diluar rumah dapat bekerja kembali dengan menggunakan standar Protokoler kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang perlu dipahami dalam New Normal ini pemerintah sedikit membebaskan warganya secara penuh melainkan dalam pengertian masih dalam batasan sosial distancing dan psyhical distancing. 

New Normal merupakan suatu trobosan kebijakan baru yang ditempuh oleh pemerintah dalam hal ini karena tidak mungkin warga harus terus menerus terdiam dan bersembunyi di rumah tanpa adanya kepastian sampai kapan wabah ini dapat terselesaikan secara penuh, kebijakan new normal ini diharapkan juga dapat menurunkan tingkat pemutusan kerja masal secara sepihak oleh perusahaan serta dengan adanya new normal ini juga diharapkan mampu untuk membangkitkan kembali perekonomian yang sudah lama terpuruk dengan cara membuka kembali secara perlahan perekonomian mulai dari tempat pariwisata, mall serta kegiatan pendidikan, hal ini telah tertuang dalam beberapa fase New Normal yang akan diterapkan pada bulan Juni hingga Juli 2020 nanti. 

“Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini, itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru.” 

Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia
Dalam pernyataan resminya di Istana Merdeka, Jakarta, 15 Mei 2020 

Namun jika menengok langsung ke lapangan sebagai syarat yang ditetapkan oleh WHO dapat diterapkannya kebijakan new normal ialah tingkat pertambahan pasien positive Covid-19 di setiap Provinsi Kota/Kabupaten haruslah mengalami penurunan serta terdapatnya tingkat pelayanan kesehatan haruslah tercover lebih baik serta haruslah mengacu pada faktor epidemilogi.

Penerapan new normal di Indonesia, menurut Epidemilogi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan New Normal Life adalah bagian dari strategi yang diterapkan oleh pemerintah sebelum vaksin atau obat covid19 ditemukan. 

Namun kebijakan New Normal life dinilai terlalu memaksakan jika kita melihat jumlah pertambahan pasien positive corona setiap harinya. Untuk data terbaru jumlah coivd19 pertanggal 27 Mei 2020 masih sejumlah 23.851 pasien Positive, 6.057 Sembuh, 1473 orang meninggal dunia. 

Namun siapkah kita melaksanakan New Normal ini jika perilaku populasi pertambahan pasien positive covid19 ini masih saja bertumbuh secara signifikan, masih banyaknya yang harus dipertimbangkan dalam memasuki new normal selain dari proses normalisasi prekonomian di era pandemi serta proses pembukaan kembali tempat pariwisata.

Namun ada hal yang harus dipertimbangkan juga bagaimana tahun ajaran baru “normal baru” bagi para siswa yang akan memasuki ajaran baru disekolah, Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah jika the new normal menerapkan kembalinya dibuka kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik dalam menyambut tahun ajaran baru.

Namun syarat buka sekolah standar Unicef Pra Pembukaan dan proses pembukaan ini juga yang harus benar-benar diperhatikan bagaimana sistem yang akan diambil oleh pemerintah guna menormalisasi kembali sistem pendidikan, jika melihat syarat buka sekolah standar unicef pada pase pra pembukaan ini haruslah dimulai dari daerah dengan risiko paling rendah, penegakan social distancing dan protokol kesehatan serta menyusun kebutuhan akan pendanaan kemudian jika melihat dari proses pembukaan ini dalam hal meningkatkan komunikasi dan koordinasi, peningkatan kualitas sanitasi yang ada disekolah serta memberikan keringanan biayan sekolah haruslah dipatuhi oleh sekolah tersebut guna mensukseskan new normal ajaran baru. Namun jika kita melihat secara kembali dilapangan kesiapan sekolah-sekolah di indonesia belum cukup dalam menyambut era new normal ini

Namun apakah anak lebih kuat dalam melawan covid19. Namun jika kita melihat di era pandemi seperti saat ini faktor psychologis anak-anak jika study from home masih tetap diterapkan akan menimbulkan dampak yang cukup besar juga bagi anak tersebut karena mereka akan kesulitan kembali untuk berinteraksi jika keadaan normal sudah dicapai. 

Kita hanya bisa berdoa dan yakin dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan kebijakan New Normal ini merupakan upaya mengembalikan kembali kehidupan masyarakat baik segi perekonomian,pendidikan dan pariwisata serta mengurangi dampak terhadap PHK Masal yang dilakukan oleh perusahaan secara sepihak dapat dikurangi serta diharapkan mampu juga untuk meningkatkan kembali taraf hidup masyarakat di era pandemi seperti saat ini. 

Jika new normal tidak diterapkan maka dampak sosial dan ekonomi tidak akan bisa dipertahankan kebangkrutan koorporasi selanjutnya ekonomi akan membawa efek domino kebangkrutan negara. (wan/den) 


Rabu, 20 Mei 2020

Jas Merah!!! Sejarah singkat Hari Kebangkitan Nasional

Jas Merah!!! Sejarah singkat Hari Kebangkitan Nasional

Oleh : Yasinta Rizki Permatasari (Ketua DPC GMNI Probolinggo)



Bagi bangsa Indonesia, perjuangan bangsa tidak melulu melalui kedahsyatan senjata saja, namun perjuangan dalam bentuk pergerakan moral untuk mewujudkan persatuan bangsa yang merupakan titik balik perlawanan melawan penjajah. 

Pergerakan kecil diibaratkan sebagai kehidupan yang tumbuh menjadi pohon kesadaran yang menyebarkan benih-benih baru dan telah mengilhami rasa kebersamaan maupun rasa memiliki diantara para pribumi dan priyayi terhadap bangsa Indonesia.

Salah satu pergerakan yang kemudian menjadi inspirasi bagi perkumpulan lain adalah keprihatinan sekelompok priyayi yang bersekolah di Sekolah Dokter Jawa terhadap dunia pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Hindia Belanda. Di mana sekolah tidak mendidik anak anak pribumi Indonesia supaya menjadi orang yang berderajat tinggi, tidak untuk memelihara citacita kemanusiaan, untuk menjadi manusia dan bangsa yang sejajar dengan manusia dan bangsa di dunia lainnya.

Melainkan sebaliknya, pendidikan hanya mendidik pribumi sebagai pelayan yang patuh dan setia, menjadi alat dan kaki tangan penjajah, yang dapat bekerja hanya untuk kepentingan majikan semata-mata. 

Berawal dari keprihatinan ini maka mereka (yang dari kalangan kaum muda kisaran berumur 18-20 tahunan) sepakat membuat gebrakan baru dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk perkumpulan BOEDI OETOMO di gedung STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen)- tempat Sekolah Dokter Jawa yang telah ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Kedokteran.

Berdirinya BOEDI OETOMO 20 Mei 1908 yang kemudian oleh pemerintah, kita peringati sebagai hari Kebangkitan Nasional disebut sebut sebagai ‘embrio’ dari sebuah organisasi modern yang menjiwai kebangkitan seluruh komponen bangsa untuk meneguhkan cita-cita bangsa Indonesia dari semangat juang dikalangan para pemuda saat itu. Hari Kebangkitan Nasional lahir dari semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Dalam perspektif sejarah, kehadiran BOEDI OETOMO bukan sekedar terbentuknya perkumpulan orang sekolahan saja tetapi bagaimana perkumpulan priyayi jawa sebagai kelompok intelektual pada masa itu berpikir bagaimana membangun Indonesia kedepannya, membangun kesadaran terhadap rasa nasionalisme, kesadaran terhadap kebangsaan yang harus dibangun supaya mereka sadar tentang rasa nasionalismenya.

Kebangkitan nasional harus dipahami dalam konteks zamannya sehingga makna yang tersirat dari ‘kebangkitan nasional’ harus memberi makna bagi kehidupan di zamannya, bahwa kebangkitan nasional di zaman sekarang harus dipahami sebagai momentum untuk melakukan berbagai macam perubahan untuk perbaikan kehidupan rakyat.

Indonesia harus menjadi sebuah negara kesejahteraan yang mendatangkan kemakmuran dan memberikan jaminan terbaik bagi rakyatnya. Momentum Kebangkitan Nasional menandai munculnya kesadaran kolektif di antara perbedaan komponen bangsa yang mewakili berbagai kelompok dengan berbagai latar belakang, baik etnis maupun profesi, agar terbentuk dalam pergerakan secara nasional untuk mewujudkan kemerdekaan.

Pergerakan ini menandakan agar terbentuk suatu perjuangan yang lebih progresif dengan munculnya diplomasi sebagai salah satu bentuk perjuangan di samping model konfrontasi yang telah lebih dahulu ada. 

Dengan begitu, kita peringati hari ini agar kita tidak lupa akan usaha sengaja dari kaum muda pada tahun 1908 yang berjuang merajut kepingan – kepingan ke-Indonesia-an menjadi satu kekuatan kebangkitan.


Nah, manakala sekarang ada masalah sudah sepatutnya kita generasi millennial membuka mata lebar-lebar bahwasanya masalah itu juga membangkitan kesadaran kita, bukan malah saling menyalahkan atau pun semakin menjatuhkan karena adanya perbedaan yag menjadikan nya masalah atau polemik tersebut. 

Oleh karena itu saran saya bagi kawan-kawan sebaya saya, “Sudah saatnya nilai rasa kebangsaan ini dirawat oleh kita para kaum millenials sebagai penerus NKRI nantinya, agar kita selalu siaga dalam perkembangan peradaban yang begitu pesat dalam menuntut kesiapan untuk melakukan penyelarasan, karena hal ini juga bisa menyusut ataupun tambah dan itu tergantung bagaimana kita merawat dan menjaganya.

Merdeka !!!

Jumat, 08 Mei 2020

Kurangi Beban Masyarakat, GMNI Probolinggo Berbagi Takjil



NUSADAILY.COM-PROBOLINGGO-Di tengah pandemi COVID-19 ini sejumlah masyarakat bergotong royong membagikan takjil untuk buka Ramadan. Langkah itu juga dilakukan Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Probolinggo.

Belasan kader tersebut, membagikan takjil berupa nasi dan kolak pada Jumat, 8 Mei 2020 sore. Sasarannya adalah tukang becak, Petani termasuk pemulung yang berada di jalan. 

Melalui sistem hunting atau medatangi sati persatu warga di kalan, 100 takjil dibagikan. Sontak, aksi ini mendapat apresiasi warga sekitar. 

Takjil tersebut dibagikan di areal sekretariat DPC GMNI Probolinggo Jalan Yos Sudarso Desa Pabean Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Setelah itu,bergeser ke sejumlah di Kota Probolinggo yakni Jalan Cokroaminoto, Jalan Mastrib dan Jalan Basuki Rachmad.

"Aksi ini merupakan kepedulian kawan-kawan DPC GMNI Probolinggo. Kami ingin berbagi ikut merasakan apa yang mereka rasakan pada bulan Ramadan di tengah pandemi COVID-19 ini,"ujar Ketua DPC GMNI Probolinggo Yasinta Rizki Permatasari.


Ia mengaku, takjil yang dibagikan merupakan hasil swadaya atau sukarela antar kader. Kendati diwajibkan stay at home, mereka tetap antisipasi menggunakan masker saat membagikan takjil.

"Sekali lagi apa yang kita lakukan semata-mata bentuk solidaritas kemanusiaan. Harapannya COVID-19 segera berakhir dan khususnya roda perekonomian kembali pulih,"tandasnya.

Salah satu warga Sudarsono mengaku, berterima kasih atas apa yang dilakukan DPC GMNI Probolinggo. "Terima kasih karena saat ini memang dibutuhkan, di tengah sepi penumpang ada kiriman takjil ini,"jelas pria berprofesi tukang becak ini.(yas/den)

Selasa, 21 April 2020

Mengupas Makna Perempuan Masa Kini



Dalam era globalisasi di awal abad ke-21 ini, isu mengenai Perempuan masa kini memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis dalam lingkungan sekitar, keluarga, dan masyarakat. Sayangnya, banyak yang tidak bisa memainkan peran dan fungsinya dengan baik karena banyak nya faktor yang pemicu utama di era sekarang. Salah satunya pernikahan dini yang mempengaruhi berkurangnya perempuan yang mau dan bersemangat untuk berpendidikan tinggi. 

Oleh karena itu dalam Dimol (Diskusi Marhaenis lewat Online) ini mengupas tuntas terkait permasalahan yang terjadi tersebut dalam memperingati hari kartini yang menjadi patokan utama dalam penggerak perempuan pertama kali di Indonesia. 

Pada zaman yang modern ini boleh saja perempuan memilih menjadi pengurus rumah tangga (ibu rumah tangga) secara total tetapi hendaknya menjadi ibu rumah tangga yang berwawasan luas, handal dan berdaya itulah yang mampu memberikan edukasi terhadap generasi yang baik kedepannya.

Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan pendidikan, pelatihan, terus belajar untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

Seperti yang dikatakan Sarinah Vanda (DPP GmnI di Bidang Pergerakan Sarinah) bahwa seorang Perempuan sekarang itu harus berprinsip untuk memotivasi diri dan kepercayaan dirinya. Kecantikan seorang Perempuan bukan hanya dari fisiknya yang pandai bersolek, tubuh ideal, dan eksis di social media karena kecantikan fisiknya. 

Tapi perempuan yang sebeneranya adalah kecantikan akan keahliannya, kecerdasannya, dan mampu memberikan kebermanfaatan karena kehadirannya. 

Hal ini tidak jauh dari semangat perjuangannya R.A. Kartini dimana beliau memperjuangkan hak-hak perempuan yang sepantasnya patut kita contoh. Dimana beliau merupakan seorang perempuan pemberani yang menuangkan pemikiran-pemikirannya yang mengaitkan dengan agama dalam memberontak dan melawan atas penindasan hak-hak kewajiban perempuan pada eranya. 

Beliau seorang Penggerak Perempuan pertama kali di Indonesia yang menyetarakan pendidikan, dan kehidupan sosial, beliau juga mendirikian sekolah bagi perempuan dan hal ini mampu mempengaruhi pergerakan perempuan setelahnya, dimana berkat pemikiran perlawanannya mampu menginspirahi Dewi sartika, Rohana kudus, dan perempuan-perempuan hebat lainnya. 

Namun kenyataannya saat ini, semangat keadilan yang dibawa kartini mulai dianggap degradasi, karena hanya dinilai dari rambut sanggulnya dan baju kebayanya, bukan karena semangat pemberontakan dan perlawanannya dalam memperjuangkan keadilan. 

Di era saat ini, perempuan mulai tergerus pemikiran akan kepercayaan dirinya karena penilaian orang lain tentang kecantikan yang hanya dilihat dari fisik dan bawaan dari lahir sehingga tersimpulkan dianggap kata benda.

Padahal kecantikan yang sebenarnya adalah kata kerja yang seharusnya patut diperluas pengartiannya akan kecantikan ini. Sejatinya perempuan yang cantik melainkan karena perbuatannya, tindakannya, kebermanfaatannya, inspirasinya, dan aktivitasnya.

Independensi seorang perempuan sangat perlu karena dengan begitu kaum perempuan tidak bergantung pada orang lain ataupun suaminya kelak. Oleh karena itu sudah saatnya perempuan-perempuan masa kini bangkit akan emansipasi atas hak dan kewajibannya dalam memperjuangkan dirinya dengan membuka lagi sejarah2 agar terbuka mindset akan pengartian kecantikan yang secara luas, bukan hanya faktor kecantikan untuk pandai bersolek di social media belaka.

Pada paragraf akhir dari Sarinah, Sukarno lantang berseru, “Wanita Indonesia, kewajibanmu telah terang! Sekarang ikutlah-serta-mutlak dalam usaha menyelamatkan Republik, dan nanti jika Republik telah selamat, ikutlah-serta-mutlak dalam usaha menyusun Negara Nasional. Di dalam masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial itulah engkau nanti menjadi wanita yang bahagia, wanita yang Merdeka!” (h.329)

Sungguh pembahasan ini sangat menarik, walaupun via online tapi antusias dari anggota yang hadir dalam diskusi ini memberikan efek positif bagi solidaritas kawan-kawan GmnI, mulai dari dpc GmnI wakatobi, Dpc GmnI malang Raya, Dpc GmnI Sampang, Dpk Uinsa , serta Dpc dan Dpk lainnya. Semoga dengan pembahasan diskusi terkait perempuan ini dapat memberikan efek postif yang mampu direalisasikan dalam kehidupan sehari hari kita. (yas/den)

Sabtu, 18 April 2020

Mengapa Gerakan Mahasiswa Era Kini, Redup?


DPC GmnI Probolinggo membuat kegiatan secara Online atau yang diberi nama Dimol (Diskusi Marhaenis secara Online).

Pemateri dalam diskusi ini kita turut mengajak Sarinah Mia selaku Wasekjend DPP GmnI dan di Moderatori oleh Sarinah Yasinta selaku Ketum Dpc GmnI Probolinggo 
Disini pembahasan yang diangkat yaitu terkait Mengapa gerakan mahasiswa di era saat ini, redup? Pembahasan ini diambil karena mulai menurunnya kekritisan mahasiswa di era saat ini terhadap permasalahan permasalahan yang terjadi.

Mahasiswa kebanyakan di era saat ini mulai malas bergerak dan tidak berani memulai sesuatu terlebih dahulu, karena banyak nya faktor, contoh salah satunya pergaulan dan lingkungan yang terpengaruhi oleh kertegantungannya gadget untuk ngegame.

Sarinah Mia pun mengatakan bahwa “perbandingan mahasiswa-mahasiswa dulu dengan sekarang sangatlah berbeda, jikalau dulu pas dijamannya sebelum orde baru mahasiswa-mahasiswa terdidik kritis, berani dan tegas dalam menanggapi suatu permasalahan, namun, sekarang mahasiswa hanya lebih terpacu terhadap eksistensi memiliki jabatan dikampus bukan sebagaimana dia berkontribusi untuk lingkungan yang lebih luas di masyarakat”. 

Memang benar adanya, mahasiswa sekarang lebih focus dan terpacu hanya dalam ruang lingkup kampus, apalagi bila kita sambungkan dengan keadaan kampus di UPM Probolinggo, dimana mahasiswa nya tidak dianjurkan untuk mengikuti organisasi ekstra oleh beberapa dosen dikarenakan akan terjadi faktor keterlambatan kuliah atau nilai IPK yang berdampak terhadap kelulusannya. Sehingga, mahasiswa nya yang masih baru baru dan bersemangat untuk berproses saat kuliah menjadi takut dan tidak berani untuk menikmati fantasi menjadi seorang mahasiswa. 

Bung mas ud (DPD jatim bidang organisasi) juga menanggapi bahwasanya “mahasiswa saat ini juga terlalu individualis, sehingga gerakan mahasiswa lambat laun akan meredup karena kurangnya komunikasi yang mendukung dalam memotivasi setiap permasalahan yang harusnya bisa diselesaikan secara bersamaan, egosentris karena seringnya di lingkungan individualis lah penyebab terbesar di era saat ini”.

Dan tanggapan-tanggapan lain dari pengamat diskusi ini, sehingga dapat disimpulkan bahwasanya mahasiswa saat ini perlu adanya perubahan karakter untuk lebih berfantasi lebih luas tidak hanya dikampus aja, namun diluar kampus yang dapat memberikan efek positif bagi pengalaman pengalaman dirinya nantik dan kurangi memiliki karakter yang individualis, agar solidaritas dalam menanggapi permasalahan yang seharusnya dapat diselesaikan bersama dapat memberikan solusi yang kongkrit guna menghidupkan gerakan mahasiswa lagi.

Minggu, 29 Maret 2020

Tolak Lockdown, GMNI Probolinggo Lebih Sarankan 'Physical Distancing'

Tolak Lockdown, GMNI Probolinggo Lebih Sarankan 'Physical Distancing' 


DPC GMNI PROBOLINGGO-PROBOLINGGO-Baru-baru ini Pemerintah Pusat mewacanakan kebijakan lockdown untuk mencegah Virus Corona baru (Covid-19). Bukan lockdown pada umumnya, namun disebut sebagai karantina kewilayahan.

Hal itu disampaikan Menko Polhukam Mahfud MD melalui converence. Hanya saja, regulasinya masih disusun yang dikabarkan melalui Peraturan Pemerintah (PP).

Secara tegas, Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Probolinggo menolak, jika kebijakan lockdown seperti negara lain sepeti Italia, Amerika Serikat, Prancis dan terbaru Thailand.

Bukan tanpa alasan, sebab kebijakan lockdown selain melemahkan perekonomian Indonesia juga matinya mata pencaharian masyarakat. Dampaknya kelaparan, larinya pada perbuatan kriminal.

"Tidak sepakat, belum siapnya pemerintah Indonesia terkait penerapan Lockdown, selain menimbulkan beberapa masalah terhadap ekonomi, politik, lockdown hanya akan berdampak ketimpangan bagi masyarakat, yang kaya menimbun yang miskin mati kelaparan,"jelas Sekretaris DPC GMNI Probolinggo M. Misbachudin Alwan Minggu (29/3/2020).



Menurutnya, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah pusat baik ekonomi atau masyarakatnya. Ia menilai lebih baik pemerintah segera menentukan sebuah kebijakan yang dapat menyelamatkan masyarakat.

Sedangkan jika karantina kewilayahan, hal itu dinilai lebih tepat. Sebab dengan itulah Indonesia yang berpulau - pulau bisa mengurangi angka penularan yang begitu cepat.

Sementara itu Ichaumma salah satu perwakilan DPK Fisip menjelaskan, Physical Distancing atau jaga jarak fisik. Beberapa daerah mulai memberlakukan ini, namun tidak semuanya. Langkah ini tepat, namun tidak membatasi akses tenaga medis maupun bahan pokok.

"Akses daerah-daerah boleh ditutup, namun mobilisasi tenaga medis dan bahan pokok tetap ada. Termasuk toko-toko,swalayan maupun penjualan bahan pokok tetap dibuka,"jelas Icha.

Ia pun meminta agar Pemerintah benar-benar memperhitungkan dengan matang untung ruginya demi kepentingan masyarakat. Selain itu, ia berharap masyarakat juga patuh terhadap kebijakan pemerintah jika niatnya baik untuk mencegah Covid-19. (wan/cha/sid)

Minggu, 08 Maret 2020

International Womens Days, Perempuan dalam Putaran Sejarah. 

Oleh : M. Misbachudin Alwan


Apa itu hari perempuan international ? Hari perempuan international atau international womens days merupakan titik balik atau momentum dari pergerakan perempuan dunia dalam perjuangan kaum perempuan untuk mencapai kesetaraan gender di berbagai lini kehidupan manusia. 

International womens days atau hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada tanggal 28 Februari 1909 di New York dan diselenggarakan oleh Partai Sosialis Amerika Serikat. Demonstrasi pada tanggal 8 Maret 1917 yang dilakukan oleh para perempuan di Petrograd memicu terjadinya Revolusi Rusia. Hari Perempuan Internasional secara resmi dijadikan sebagai hari libur nasional di Soviet Rusia pada tahun 1917, dan dirayakan secara luas di negara sosialis maupun komunis.

Pada tahun 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia. 

Sebuah cerita yang beredar di lingkaran internal para kolomnis Prancis, bahwa ada seorang perempuan dari buruh pabrik tekstil melakukan demonstrasi pada 8 Maret 1857 di New York. Demonstrasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melawan penindasan dan gaji buruh yang rendah, tetapi demonstrasi tersebut dibubarkan secara paksa oleh pihak kepolisian. Pada tanggal 8 Maret 1907, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai peringatan terhadap kasus yang terjadi 50 tahun yang lalu.

Temma Kaplan berpendapat, "peristiwa tersebut tidak pernah terjadi, tetapi banyak orang Eropa yang percaya bahwa tanggal 8 Maret 1907 merupakan awal dari terbentuknya Hari Perempuan Internasional.

Di era modernisasi kita tidak pernah lupa akan beberapa aksi kekerasan terhadap perempuan terutama kasus kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah tangga serta masih banyaknya pekerja buruh perempuan yang sampai saat ini masih belum mendapatkan hak-hak nya. 

Dalam hal ini, Sudah sepatutnya pemerintah segera mengesahkan RUU PKS. Hal ini bukan tanpa alasan RUU PKS diharapkan akan menjadi pelindung atau payung hukum dalam rangka mewujudkan masyarakat kekerasan seksual yang terjadi saat ini angka setiap tahunnya semakin meningkat. 

Harapan yang selanjutnya dengan disahkannya RUU PKS diharapkan dapat mewujudkan perlindungan bagi perempuan serta diharapkan mampu menjawab rasa keadilan berbasis gender dan mumutus benang diskriminasi yang ada terhadap perempuan terutama sekali di Indonesia.

RUU PKS ini diharapkan bisa mencegah baik kekerasan seksual, menindak pelaku kekerasan seksual , memulihkan baik mental ataupun psikis korban, serta diharapkan juga dengan adanya RUU PKS ini mampu membantu pemerintah meletakkan kewajiban negara untuk segera menghapus kekerasan seksual di Indonesia. 

Gerak perempuan saat ini sangatlah dibatasi, Rancangan Undang-Undang (RUU) Ketahanan Keluarga menuai kritik dari berbagai kalangan masyarakat. Sejumlah aturan hukum dalam RUU yang masuk program legislasi nasional (Prolegnas) Prioritas 2020 di DPR itu dinilai diskriminatif dan mereduksi peran perempuan.

Misalnya, Pasal 25 ayat (3) RUU Ketahanan Keluarga, yang mengatur kewajiban istri (perempuan) dalam berumah tangga. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. Pula menjaga keutuhan keluarga. Selain itu istri juga wajib memperlakukan suami dan anak secara baik, serta mampu memenuhi hak-hak suami dan anak sesuai norma agama, etika sosial dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. 

Terdapat tiga ayat yang didalamnya bermasalah. Aturan ini juga secara tidak langsung juga melembagakan peran suami dan istri (Perempuan) dalam urusan domestik keluarga adanya peran2 seperti peran suami sebagai kepala rumah tangga dan sementara istri mempunyai peran sebagai pengatur urusan permasalahan keluarga.

Dengan adanya struktur fungsi (suami/istri) dalam ketahanan rumah tangga akan menimbulkan Diskriminatif. Dalam hal ini struktur rumah tangga (suami/istri) sendiri juga akan melanggengkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Dalam hal ini banyak masyarakat yang memaknai pernikahan atau perkawinan sebagai bentuk pengabdian perempuan terhadap norma yang berkembang di masyarakat (laki-laki kepala keluarga.

Struktur fungsi laki-laki kepala keluarga, perempuan (istri) ibu rumah tangga atau memenuhi suami dan anak keluarga ini membuat perempuan (istri) akan sulit keluar dari lingkar kekerasan dalam keluarga yang dialaminya. Komnas Perempuan mencatat jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 406.178 pada 2019. Dari jumlah itu, KDRT menempati urutan pertama yaitu sebesar 9.637 kasus atau 71 persen. Secara tidak langsung dengan adanya RUU Ketahanan kerja mengabaikan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan. 

Yang selanjutnya adanya RUU Omnibuslaw Cipta Kerja yang secara tidak langsung mengatur hak cuti bagi perempuan/ibu hamil selama 6 (enam) bulan bagi kaum perempuan. 

Masalah cuti melahirkan ini diatur dalam Pasal 29 (1), yang menyebutkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) wajib memberikan hak cuti melahirkan dan menyusui selama enam bulan tanpa kehilangan gaji serta pekerjaan. Sementara RUU ini tak memuat kewajiban bagi perusahaan swasta untuk memberikan hak cuti melahirkan dan menyusui selama enam bulan untuk perempuan (istri). Tidaklah harus kita terkecoh terkait permasalahan cuti kerja, pemerintah seharusnya juga memperhatikan kaum buruh terutama sekali kaum perempuan yang bekerja pada perusahaan swasta yang seharusnya diberikan haknya. 

Perempuan perempuan indonesia haruslah lebih maju, perempuan Indonesia haruslah mempunyai hak yang sama terhadap kaum laki-laki. Adanya RUU Ketahanan dan RUU Hak cipta kerja secara tidak langsung menyudutkan kaum wanita Indonesia untuk patuh terhadap aturan yang dibuat serta negara secara tidak langsung mencampuri zona privasi setiap masyarakatnya.

Bung Karno dalam buku Sarinah menyatakan soal soal mengenai perempuan. Sesungguhnya kita harus belajar insaf, bahwa soal masyarakat dan negara adalah soal laki-laki dan perempuan, soal perempuan dan laki-laki. Dan soal perempuan adalah suatu soal dan masyarakat. Sarinah Hal 14. (wan/den)

Menakar Kondisi dan Masa Depan Perempuan di Hari Perempuan Sedunia

Menakar Kondisi dan Masa Depan Perempuan di Hari Perempuan Sedunia

Oleh : Yasinta Rizki Permatasari


Hari ini Minggu, 8 Maret 2020 nerupakan Hari Perempuan Sedunia. Lalu, benarkah perempuan saat ini benar-benar mendapat tempat yang baik? Ataukah penghormatan pada perempuan terbatas oleh hari-hari saja???

Kondisi perempuan saat ini sungguh miris kemerdekaannya karena lingkungan yang mempengaruhi dirinya untuk lebih memfokuskan keindahan tubuhnya. Kecantikan rupanya sudah mulai mendarah daging dikepribadiannya, dari pada kemerdekakan jiwanya dan generasi kedepannya.

Padahal perempuan itu sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan pertumbuhan generasinya, karena seorang laki-laki tidak akan pernah bisa menyamai perempuan dalam hal melahirkan keturunan berikutnya.

Perempuan adalah tiang negara, dimana mana, diseluruh penjuru dunia mereka semua itu membutuhkan sesosok perempuan, dimana perempuan yang mampu memberikan regenerasi untuk keberlanjutan hidup dinegaranya. Sesosok kehadirannya mampu memberikan motivasi untuk kemajuan sebuah negara diseluruh penjuru dunia ini, tanpanya tak akan ada dunia ini dan tak akan hidup hingga saat ini.

Namun, yang terjadi saat ini perempuan semakin digerus kepercayaan akan dirinya yang begitu berharga. Karena terjadinya doktrinisasi yang merendahkan perempuan dalam meningkatkan kecerdasan dalam bergerak dan berpikir kritis sebagaimana yang dikuasai kaum laki-laki saat ini.

Setiap perempuan yang mampu dalam hal itu pasti dilemahkan kepercayaannya agar mereka menjadi bungkam terhadap impiannya untuk memerdekakan jiwanya, agar perempuan ini hanya cukup memberikan keindahan tubuhnya dan kecantikan rupanya saja.

Riset membuktikan perempuan saat ini yang lebih memilih nikah di usia dini masih meningkat dari pada perempuan yang lebih memilih berpendidikan terlebih dahulu hingga tuntas, minimal 12 tahun batas waktu pendidikannya.

Datapun mebuktikan di Indonesia ada 15,66% pada tahun 2018 BPS Jumlah dari pernikahan dini tersebut. Dari data itu dapat kita simpulkan bahwasanya pendidikan untuk perempuan kurang dalam memberikan kepahaman agar bersemangat dan termotivasi agar dirinya menjadi perempuan yang mampu percaya diri dalam meningkatkan kercerdasan dalam bergerak dan berpikir kritis untuk kemanfaatan perjuangan atas dirinya.

Oleh karena itu pentingnya sosok perempuan yang percaya diri akan kemampuannya itu penting untuk dibenahi dalam pendidikannya. Sehingga perempuan-perempuan di seluruh penjuru dunia termotivasi dan bersemangat untuk Memerdekakan jiwanya, agr tidak hanya terfokus keindahan tubuhnya dan kwcantikan rupanya, tapi yang lebih penting adalah kemerdaan jiwanya.

Karena Ibaratnya Laki-laki dan perempuan itu adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya, jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali. Seperti kata Panglima Besar Revolusi kita Bung Karno. Maka dari situ dapat kita garis bawahi bahwa kemerdekaan negara juga bergantung pada kemerdekaan perempuannya. (yas/den)

Jumat, 06 Maret 2020

Rethinking Pancasila di Mata Millenial

Rethinking Pancasila di Mata Millenial

Oleh : Yashinta Rizki Permatasari



Indonesia memiliki falsafah, dimana falsafah bangsa yang dimilikinya yaitu Pancasila.  Pancasila ini mampu memberikan semangat dan arahan yang positif untuk melawan kebodohan dan kemiskinan yang ada dalam bangsa ini. 

Dengan Pancasila sebagai falsafah serta ideologi bangsa Indonesia, itu artinya setiap warga negara republik Indonesia terikat dengan nilai-nilai kebersamaan atau kekeluargaan dan menolak segala organisasi yang bersifat individualis yang bisa melahirkan berbagai organisasi seperti liberalisme, kapitalisme, kolonialisme, imperialisme, otoriterianisme dengan hanya mementingkan kelompoknya dan berniat sebagai penghancur untuk kelompok lain. 

Pancasila sendiri terlahir dari pemikiran hebat para pahlawan Indonesia, di antaranya: Ir. Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo, dll yang berjuang mati-matian secara heroik untuk mengaktualisasikan kemerdekaan Indonesia akibat ratusan tahun dijajah oleh kolonialisme Barat.

Melihat begitu besarnya hati dan jiwa para pahlawan akan masa depan bangsa, di tengah rumitnya situasi yang mencekam, kita sebagai generasi milenial tidak bisa hanya duduk dan menikmati kemerdekaan saat ini, namun kita kaum milenial harus mampu berperan aktif mewujudkan Indonesia yang harmoni/damai/adil melalui pengahayatan nilai-nilai luhur Pancasila dalam realitas kehidupan sehari-hari kita sebagai kaum milenial.

Jika ditinjau lebih jauh, generasi milenial kini berada di usia produktif yang memiliki peranan penting untuk kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara di masa depan. Berkembang pesatnya globalisasi dan digitalisasi menjadikan generasi ini unggul dalam hal kreativitas dan kemudahan dalam menghubungkan dirinya dengan dunia luar dirinya. Sayangnya, keunggulan ini banyak dilihat milenial sebagai sesuatu yang membuka ruang untuk menginginkan segalanya, serba instan dan interaksi antarbudaya yang terbuka mengakibatkan generasi ini mudah dipengaruhi oleh pikiran dan perilakunya. Perilakunya dinamis dan fleksibel. Maka di titik inilah Pancasila relevan dan berperan penting untuk kita generasi milenial.


Eksistensi Pancasila menurut generasi milenial dapat menjadi jembatan emas untuk kaum milenial membangun batas apa yang bisa diterima dari pengaruh luar yang merugikan dan tidak etis-negatif. Dengan luar biasanya ideologi Pancasila kita menempatkan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila ke-1 berguna untuk memperingatkan generasi milenial bahwa ada Tuhan sebagai pusat dari kehidupan segala sesuatu dalam bentangan dunia ini. Kecanggihan teknologi tidak akan pernah menggantikan kehebatan Tuhan dan memiliki iman yang kuat pada Tuhan menjadi sebuah keharusan (keniscayaan).

Generasi Milenial harus sadar bahwa semuanya milik Tuhan, sehingga kesombongan dalam diri manusia bisa terminimalisir dan berusaha untuk selalu mengambil manfaat positif dalam setiap kemudahan, bukan untuk mengambil kekuasaan apalagi menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang dalam kekuasaan. Kekuasaan Tuhan melampaui kekuasaan manusia.

Pancasila harus dijadikan acuan bagaimana generasi milenial juga dalam menjalani hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam relevansinya dengan sila ke-2. Di mana kaum milenial Indonesia harus dengan bijaksana, harus selalu adil dalam pikiran dan perilaku etis pada sesama, tidak menggampangkan segala sesuatu dan terus berbuat kebaikan yang mementingkan kepentingan umum demi cita-cita bonum commune (kebaikan bersama).

Generasi milenial harus sadar diri untuk selalu bersinergi menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia (sila ke-3) melalui sikap toleransi akan perbedaan dan memegang teguh pendirian yang tidak bisa diacak oleh bangsa luar. Sesama bangsa Indonesia, generasi milenial harus bergotong royong mengangkat derajat bangsa Indonesia lebih tinggi daripada negara lain untuk menunjukkan bahwa Indonesia bukan negara lemah yang gampang terjajah, tapi negara yang kuat karena generasi penerusnya mampu bersatu memajukan Indonesia lebih baik di tengah tantangan global masa kini.

Generasi muda milenial juga harus bersikap demokratis dengan mementingkan aspek musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan (sila ke-4). Keputusan tidak boleh diambil secara otoriter namun hasil kesepakatan dan musyawarah bersama. Juga sila kelima anak muda milenial harus mengusahakan keaadilan sosial. Perlu mengkritik struktur social, ideologi, politik dalam negara dan masyarakat yang menciptakan ketidakadilan sosial bagi rakyat Indonesia.

Maka dari itu, pada hakikatnya generasi milenial harus terus memelihara dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan nyata sehari-hari. Melalui pendidikan, generasi milenial harus sadar bahwa nilai-nilai Pancasila yang ditanam, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, gotong royong, musyawarah untuk mufakat, keadilan sosial, patriotisme, nasionalisme, menghormati perbedaan bukan hanya untuk dihafal.

Namun terlebih dan paling penting adalah untuk diterapkan pada diri sendiri dan menebarkannya kepada generasi milenial lain yang sama-sama berperan penting dalam menciptakan Indonesia yang damai, aman dan tentram.

Marilah kita maju ke depan dengan membawa obor yang dapat menyalakan api semangat membangun Indonesia jaya pada kehidupan lebih baik lagi di masa mendatang menuju keabadian. (yas/den)

Senin, 17 Februari 2020

Duo Eks Peserta KTM Yasinta dan Alwan , Nahkodai DPC GMNI Probolinggo 2020-2022


PROBOLINGGO-Yasinta Rizki Permatasari dan M. Misbachudin Alwan terpilih sebagai ketua dan sekretaris DPC GMNI Probolinggo periode 2020-2022. Konfercab ke III ini  berlangsung di Aula Dekopinda Jalan Raya Dringu Probolinggo, Minggu (16/02/2020).

Konfercab kali ini, mengusung tema “Marhaenisme sebagai Landasan Ekonomi Kerakyatan di Era Revolusi Industri 4.0”. Selain keduanya terpilih secara aklamasi, uniknya keduanya adalah sesama kader yang pernah mengikuti KTM tahun 2019 di Mojokerto.

Dietahui Yasinta dan Alwan sapaan akrabnya, saat ini sedang menempuh pendidikan di Univesitas Panca Marga Probolonggo. Bedanya Yasinta di FISIP, sedangkan Alwan di Ekonomi.

Dalam sambutannya, Yasinta mengapresiasi seluruh kader GMNI yang tetap konsisten memegang teguh komitmen terhadap perbaikan organisasi.

"Saya sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga atas amanah yang kawan-kawan berikan kepada saya sebagai ketua DPC GMNI Probolinggo periode 2020-2022,"ucap Yasinta dihadapan para peserta konfercab.


Ia memastikan akan berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi GMNI Probolinggo tentunya agar lebih baik lagi dari sebelumnya. Termasuk memperbaiki tanggung jawab dan tugas DPC GMNI Probolinggo sebelumnya.

Sementara itu, Ketua PA GMNI Probolinggo Sukardi Mitho yang hadir saat penutupan menghormati sepenuhnya hasil kofercab. Ia mensupport betul basil konfercab yang dinilai sesuai mekanisme dalam AD/ART.

"Yang jelas PA menghormati hasil konfercab yang sesuai dengan aturan. Kedepan pesan kami, jaga baik-baik organisasi ini, bawa misi tugas mulai ini untuk mengimplementasikan ajaran-ajaran Soekarno,"jelasnya.

Konfercab sendiri, dimulai pada Sabtu kemarin. Saat pembukaan, juga dihadiri Ketua DPD GMNI Jatim Nabrisi Rohid. Ia ditemani DPC GMNI Surabaya dan Tuban.

Kamis, 30 Januari 2020

Intelkam Polres Probolinggo Kota Sambangi Sekretariat GMNI Probolinggo



DPC GMNI PROBOLINGGO-PROBOLINGGO, Untuk memantapkan sinergitas dan koordinasi, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) beserta kader menggelar pertemuan degan intelkam Polres Probolonggo Kota Kamis (3o/1) malam.

Pertemuan sekaligus silaturrahim itu, dilaksanakan di Sekretariat GMNI Probolinggo Desa Pabean, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Sejumlah kader juga tampak duduk bareng sembari diskusi.

Dalam kesempatan itu, hadir Kasat Intel Polres Probolinggo Kota Iptu Teguh Priyasan dan Aiptu Mukhlis. Beberapa dikusi yang disampaikan diantaranya soal kepemudaan, potensi di Kota Probolinggo.

"Bentuk silaturrahim kami dengan GMNI Probolinggo. Tentunya dengan ini kami dan GMNI bisa saling bersinergi dan berkoordinasi,"kata Kasat Intel Polres Probolinggo Kota Iptu Teguh Priyasan. 



Sementara itu Sekretaris DPC GMNI Probolinggo M. Rofeq mengapresiasi atas kedatangan jajaran intel Polres Probolinggo Kota. Ia berharap kedepan semakin saling bersinergi.

"Terima kasih atas kunjungan di sektetariat GMNI Probolinggo. Harapannya komunikasi ini terjaga, dan bisa saling tukar informasi untuk sinergitas yang lebih baik,"jelasnya. (den/den)